๏ปฟOleh Munawir Amin. Imam Muhammad bin Idris as-Syafiโi rahimahullah pernah berkata โAku mengunjungi Abu Nawas. Lalu Aku bertanya padanya โApa yang Engkau persiapkan untuk hari ini, wahai saudaraku, Abu Nawas?โ. Kemudian Abu Nawas menjawab dengan sebuah Syair ุชูุนูุงุธูู ููููู ุฐูููุจูู ููููู ููุง ููุฑูููุชููู ุจุนููููููู ุฑูุจูููู ููุงูู ุนููููููู ุฃูุนูุธูู ูุง โPernah kuanggap dosa-dosa ku besar. Namun, ketika kusandingkan dengan pengampunan-Mu, wahai Tuhanku. Maka, ampunan-Mu ternyata lebih besarโโ. โAbu Nawas itu karibku,โ kata Syaikh Muhammad bin Rafiโ memulai kisahnya. โNamun, di akhir umurnya, kami berpisah jarak. Ketika tersiar kabar kewafatannya. Aku sedih luar biasa. Antara tidur dan terjaga, seakan Aku bertemu dengannya. Lalu Aku panggil Dia โWahai Abu Nawas!โ.โIyaโ, jawab Abu Nawas. โApa yang telah Allah perbuat padamu?โ, tanya Syekh Muhammad bin Rafiโ. โDia mengampuni Akuโ, kata Abu Nawas, โdan itu disebabkan bait syair yang Aku tulis. Dan syair itu sekarang berada ditumpukan bantal kedua di rumahkuโ. Tidak lama kemudian Syekh Muhammad bin Rafiโ melakukan perjalanan jauh mengunjungi keluarga Abu Nawas. Ketika keluarga Abu Nawas melihat Syekh Muhammad bin Rafiโ, kesedihan menyelimuti keluarga Abu Nawas dan mereka pun kembali menangis. Setelah reda, Syekh Muhammad bin Rafiโ bertanya pada mereka โApakah saudaraku Abu Nawas punya simpanan syair sebelum beliau wafat?โ. โKami tidak tahuโ, jawab keluarga Abu Nawas. โHanya saja, sebelum kewafatannya. Beliau meminta dibawakan tempat tinta dan kertas. Lalu menulis sesuatu. Apa yang ditulis, kami tidak tahuโ, terang keluarga Abu Nawas. โBolehkan Aku masuk memeriksa?โ, kata Syekh Muhammad bin Rafiโ. Keluarga Abu Nawas pun mempersilahkannya. Lalu Muhammad bin Rafiโ memasuki kamar Abu Nawas. Memeriksa tempat Syekh Muhammad bin Rafiโ menemukan pakaian yang belum dipindah. Diangkatnya pakaian itu, tidak ditemukan apa-apa. Kemudian, diangkat bantal pertama, juga tidak terlihat apa-apa. Setelah diangkat bantal kedua, ditemukan secarik kertas. Dan disitu tertulis beberapa syair ููุง ุฑูุจูู ุฅููู ุนูุธูู ูุชู ุฐูููุจูู ููุซูุฑูุฉู ููููููุฏู ุนูููู ูุชู ุจูุฃูููู ุนููููููู ุฃูุนูุธูู ูุง "Wahai Tuhanku, Jika dosa-dosaku yang banyak itu membesar. Aku yakin, pengampunan-Mu lebih agung,". ุฅูู ููุงูู ููุง ููุฑูุฌููููู ุฅูููุง ู ูุญูุณูู ููุจูู ููู ููููููุฐู ููููุณูุชูุฌูููุฑู ุงููู ูุฌูุฑูู ู "Andai Engkau hanya menerima orang yang baik saja. Lalu bagaimana dengan kami, orang-orang yang penuh noda dan dosa,". ุฃูุฏูุนููููู ุฑูุจููุ ููู ูุง ุฃูู ูุฑูุชูุ ุชูุถูุฑููุนุงู ููุฅูุฐูุง ุฑูุฏูุฏูุชู ููุฏูููุ ููู ููู ุฐูุง ููุฑูุญูู ู "Aku berdoa padamu Gusti, dengan kerendahan hati, sebagaimana Engkau perintahkan. Jika Engkau tolak kedua tanganku. Siapa lagi yang akan mengasihi Aku?,". ู ูุง ูููู ุฅููููููู ููุณูููููุฉู ุฅููููุง ุงูุฑููุฌูุง ููุฌูู ููููู ุนููููููู ุซูู ูู ุฃูููููู ู ูุณูููู ู "Hanya harapan dan indahnya ampunan-Mu yang jadi perantaraku. Lalu , Aku pasrah pada-Mu,". Sebelum meninggal dunia, Abu Nawas pernah duduk sendirian, memperhatikan matahari yang berangsurโangsur tenggelam. Suasananya cukup hening. Abu Nawas melihat begitu indahnya warna langit yang dipenuhi dengan mega berwarna kuning jingga. Ia memperhatikannya dengan seksama, hingga akhirnya suasana indah itu hilang seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat. Entah apa penyebabnya, tibaโtiba Abu Nawas tak mampu membendung air matanya. Hatinya terasa pedih. Ia menangis terseduโsedu. Ia menengadahkan kedua tangannya sambil bersyair ุฅููููู ููุณูุชู ููููููุฑูุฏูููุณู ุฃููููุงู ูููุงู ุฃูููููู ุนูููู ููุงุฑู ุงูุฌูุญูููู ู "Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi Aku tidak kuat dalam neraka jahim,". ููููุจู ููู ุชูููุจูุฉู ููุงุบูููุฑู ุฐูููููุจูู ููุฅูููููู ุบูุงููุฑู ุฐูููุจู ุนูุธูููู ู "Maka berilah Aku taubat ampunan dan ampunilah dosaku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa yang besar,". ุฐูููููุจูู ู ูุซููู ุฃูุนูุฏูุงุฏู ุงูุฑููู ูุงูู ููููุจู ููู ุชูููุจูุฉู ููุงุฐุงู ุงูุฌููุงููู "Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah Aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan,". ููุนูู ูุฑูู ููุงููุตู ููู ููููู ููููู ู ููุฐูููุจูู ุฒูุงุฆูุฏู ูููููู ุงุญูุชูู ูุงูู "Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana Aku menanggungnya,". ุฅููููู ุนูุจูุฏููู ุงูุนูุงุตูู ุฃูุชูุงูู ู ูููุฑููุง ุจูุงูุฐููููููุจู ููููุฏู ุฏูุนูุงูู "Wahai Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu,". ููุฅููู ุชูุบูููุฑู ููุฃูููุชู ููุฐูุงูู ุฃููููู ููุฅููู ุชูุทูุฑูุฏู ููู ููู ููุฑูุฌูู ุณูููุงูู "Maka jika Engkau mengampuni, Engkaulah ahli pengampun. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi Aku mengharap selain kepada Engkau,". Demikianlah semoga bermanfaat. Indramayu, 13 September 2021 / 06 Shafar 1443 H Pengasuh Ponpes Sirojuttholibin Tulungagung Kertasmaya Indramayu
Danbagi Abu Nawas, gembok merupakan sarana menertawakan hidup. Sebelum meninggal dunia, ia pernah berpesan pada keluarganya, agar kelak gerbang makamnya menampilkan gembok sebesar ember. Seumur hidupnya ia hanya ingin beramal dengan menyenangkan orang lain, maka dengan gembok sebesar ember di makamnya semoga bisa jadi amal terakhir.Abu Nawas Al-hasan ibn Hani Al-hakami dikenal sebagai Abu Nawas, adalah seorang penyair tersohor Arab klasik. Dia juga dikenal sebagai master dari semua genre puisi Arab kontemporer. Namun, tradisi cerita rakyat ternyata juga dia rambah, seperti yang muncul beberapa kali dalam Seribu Satu Malam.
Sejakmendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah. Konon, sebelum mati ia minta keluarganya mengkafaninya dengan kain bekas yang lusuh. Agar kelak jika Malaikat Munkar dan Nakir
Y0MUW.